melekberita.com – Alkisah tentang perang dagang di negeri dongeng. Kota Rika membeli beras dari Desa Ongkok. Desa Ongkok membeli HP dari Kota Rika. Perdagangan biasa dan saling menguntungkan.
Kota Rika sangat bergantung pada Desa Ongkok dalam hal bahan mentah. Demikian juga sebaliknya. Desa Ongkok membutuhkan teknologi dari Kota Rika.
Kedua belah pihak sudah saling ketergantungan dalam waktu yang lama. Normal, lazim, biasa saja.
Dari aktivitas perdagangan ini, mendadak ekonomi Desa Ongkok tumbuh pesat dalam 20 tahun terakhir. Ekonomi Desa Ongkok menjadi nomor satu dan mengalahkan ekonomi Kota Rika.
Perang Tarif
Pejabat Kota Rika tidak terima. Mereka menaikkan tarif masuk beras ke kotanya. Orang desa keberatan. Mereka protes terhadap kebijakan itu. Protes mereka tak digubris. Langkah tersebut kemudian dibalas oleh pejabat desa dengan menaikkan tarif masuk HP ke desanya.
Terjadilah perang tarif, perang dagang antara Kota Rika dan Desa Ongkok untuk pertama kalinya dalam sejarah. Suasana yang tadinya adem ayem berubah menjadi panas.
Bagaimana dengan nasib beras dan HP? Apa yang terjadi?
Harga beras di kota dan HP di desa langsung naik. Kedua barang itu menjadi mahal. Permintaan menurun. Produksi HP dan beras ikut menurun.
Karena Kota Rika dan Desa Ongkok adalah pusat rantai pasok dunia maka efek dominonya menyebar ke mana-mana. Ekonomi di berbagai daerah mengalami kontraksi. Terjadilah perlambatan laju perekonomian dunia.
Baca juga: Standar Internasional
Perang Fisik
Setelah beberapa bulan, perang dagang ternyata tak kunjung selesai. Tidak ada titik temu antara kedua belah pihak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tensi makin tinggi.
Dari kenaikan tarif masuk, pejabat kota sekarang memblacklist barang-barang olahan dari desa. Mulai dari mebel, kain, sampai camilan. Pejabat kota juga menghentikan dukungan teknologi yang selama ini digunakan di desa. Seperti teknologi untuk telekomunikasi, komunikasi, dan informasi.
Kebijakan ini sangat memukul Desa Ongkok. Tapi rakyat Desa Ongkok terkenal ulet.
Pejabat desa tak mau kalah. Mereka balas dengan menghentikan suplai bahan mentah ke kota. Mereka tak lagi mengirim buah, daging, telur, sayur mayur dan sembako.
Dalam ketegangan tinggi, kedua pihak akhirnya terlibat adu fisik secara tidak langsung. Mereka ada di kubu yang berbeda saat terjadi perang antara Desa Rus dan Desa Ukra.
Di sinilah masalah makin ruwet. Masalah yang awalnya ekonomi, perang dagang, kini sudah menjalar ke ranah politik. Perang fisik.
Damai Di Desa Ali
Pada bulan November 2022, di Desa Ali akan diadakan KTT G200. Di forum itu, beberapa pemimpin desa dan kota bertemu. Di situlah wadah tali silaturahmi, di situlah komunikasi bisa terajut kembali, di situlah miskom bisa ditabayunkan.
Jadi, apakah Kota Rika dan Desa Ongkok akan segera berdamai? Perang antara Desa Rus dan Desa Ukra akan segera berakhir? Dan Desa Ali menjadi saksi perdamaian itu semua? Semoga.
Salam semoga.
– © DPS
Kemayoran, Jakarta, 30/06/2022 22:05
#melekcerita
#melekberita
Image by Pixabay
—
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Kamis (30/6/2022). Sebelumnya, Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Istana Maryinsky, Kyiv, Rabu (29/6/2022). Presiden Jokowi membawa misi perdamaian dalam kedua pertemuan tersebut.