Halal haram antara bungkus atau isi? Pertanyaan sederhana yang menarik untuk dibicarakan. Nampak para narasumber sedang membahas halal haram terkait bungkus atau isi dalam acara Apa Kabar Indonesia, Rabu (2/10/2024).
Halal haram itu memang bukan pada nama tetapi pada esensi. Sesuatu yang halal, hendaknya juga toyib. Sehingga ia menjadi halalan toyiban.
Misalnya sampeyan jual beras kencur, kasih namanya jangan bir kencur, tuak kencur, atau ciu kencur.
Baca juga : Makan Siang Gratis, dari Warsini ke Ernst Engel
Emang kenapa mas? Nama ini kan untuk menarik pembeli aja. Biar mereka penasaran lalu membeli produknya. Teknik pemasaran jitu to. Semacam klik bait lah.
Iya sih. Tapi bikin gaduh. Jadi bahas sesuatu yang gak penting. Berisik. Isi yang baik, hendaknya bungkusnya juga baik, kan?
Lah itu kan masalah sampeyan yang gaduh. Bukan masalah saya. Itu kutang bagus-bagus, meskipun isinya saya ga tahu bagus atau tidak. Yang penting kan isinya mas. Bukan bungkusnya. Hahaha.
Iya juga. Tapi kan karena Anda, saya gaduh. Sampeyan meski paham bahwa setiap kata itu memiliki makna. Ada konteksnya. Sampeyan jangan melepaskan teks dari konteks secara serampangan. Ini namanya ngawur. Sak penake dewe.
Dari pikiran kecil ngawur begini, kalau dibiarkan nanti makin rusak. Kelak, bisa saja ada hotel halal yang namanya hotel zina? Liberal sampeyan.
Lah, kok gitu. Jangan menghukumi sesuatu di luar batas dong. Sesuatu yang memang halal, jangan Anda haramkan. Anda jangan berlebihan. Jangan melampaui batas.
Do loop until ctrl + c
Salam ctrl + c
© ADS
Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/9/2024) 21:07
#melekberita
*Image by melekberita