Saya punya dua orang teman, A dan B yang punya karakter menarik. Murah dan mahal, karakter yang berbeda 180 derajat. Teman A suka dan bangga dengan barang murah. Sedangkan teman B suka dan bangga dengan barang mahal.
Teman saya yang suka barang murah ini ceriwis. Ia agresif menceritakan tentang barang-barang yang dimilikinya. Misalnya pada suatu hari, ia dengan antusias bercerita tentang harga sepatunya yang 150 ribu. Di mana ia membelinya? Bagaimana ia membelinya? Kualitas barangnya seperti apa?
Teman A bisa dengan panjang lebar dan detail menceritakan barang murahnya itu. Saya merasa ada semacam kemenangan begitu, ketika ia berhasil membeli barang murah tersebut.
Asiknya, meskipun cerita di depan umum, bahkan di depan orang-orang kaya, teman saya ini tidak minder. Ia sangat percaya diri. Bahkan ia bangga terhadap barang yang dia beli dan pakai itu.
Hal seperti di atas, sering ia lakukan. Tidak hanya sepatu, pada lain kesempatan ia juga bercerita tentang baju, celana, jam, telepon genggam, bahkan laptop. Koleksi barang teman saya ini asli banyak banget. Dan murah-murah.
Baca juga : Hasil dan Proses Baik
Cerita Si Mahal
Teman saya yang suka barang mahal, relatif pendiam. Kalau pun ngobrol terkait barang-barangnya, ia sangat selektif. Ia memilih teman bicaranya. Ia cenderung ngobrol ke kelompok YTTA (yang tahu-tahu aja).
Anda tahu, barang yang harganya jutaan itu jelas tidak relate ke semua orang. Tidak semua orang mampu membelinya. Kalau pun mampu, mungkin mereka juga belum tentu mau membelinya.
Teman B ini tidak mau pamer. Ia tidak mau sombong. Dan ia juga tidak mau menyinggung perasaan teman yang lain. Teman lain yang belum punya barang mahal. Teman lain yang tidak sanggup membeli barang mahal itu.
Perasaan seperti itulah yang membuat teman saya itu memilah dan memilih kawan obrolannya. Sikap yang cukup bijak.
Sama seperti teman A, koleksi barang teman B ini juga banyak. Semua barang branded dan bermerk terkenal. Barang-barang mahal.
Kedua teman saya di atas adalah orang ‘kaya’. Mereka anak yang cerdas dan berpendidikan tinggi. Mereka anak baik, tidak sombong, sopan, dan santun. Tipe menantu idaman lah.
Kalau kamu, tipe yang mana cuuuk (logat anak ‘mantan’ ibu kota)?
Salam kota.
(©DPS)
Kemayoran, Jakarta, 11/08/2023 18:00
#melekcerita
#melekberita
Image oleh pixabay