melekberita.com – Dalam satu dua minggu ini, dunia ekonomi diguncang oleh uang kripto khususnya bitcoin. Nilai bitcoin terjun bebas akibat cuitan Mas Elon (Kamis, 13/05/2021) yang gak mau mobilnya (Tesla) dibeli dengan bitcoin.
Alasan Mas Elon, uang kripto tidak ramah lingkungan. Bitcoin menghabiskan banyak energi fosil untuk transaksi dan mining, khususnya penggunaan batubara yang memiliki gas emisi paling buruk.
Investor uang kripto getem-getem sama Mas Elon. Bagaimana tidak, dalam sehari uang mereka menguap ratusan juta.
Yang menarik adalah apakah kejadian ini hanya siasat belaka, untuk memasyarakatkan uang kripto yang pada ujungnya akan meroketkan kembali nilainya? Entahlah, hanya Mas Elon yang tahu persis jawabannya.
Pada awal peluncuran, tahun 2008, harga 1 bitcoin < 1 usd (9 ribuan).
Sekarang, tahun 2021, harga 1 bitcoin + – 40 ribuan usd (500 jutaan).
Wow! Fenomena apakah ini? Apakah akan ada perubahan tatanan dunia baru?
Begini ceritanya:
Uang fiat (fisik) yang sekarang dipakai di semua negara itu dibangun di atas sistem terpusat (sentralisasi) lewat perbankan. Menurut wiki, bank pertama kali didirikan pada tahun 1690. Artinya sudah 3 abad lebih sistem perbankan digunakan.
Tahun 2008, uang kripto ditemukan. Sistem ini berbeda 180 derajat dengan sistem yang ada. Uang kripto dibangun di atas sistem desentralisasi lewat blockchain.
Jika uang fiat menggunakan ledger terpusat maka uang kripto menggunakan ledger terdistribusi.
Diakui atau tidak, keberadaan uang kripto telah ‘mengancam’ sistem keuangan yang ada. Uang kripto tidak terikat oleh Negara. Banyak tokoh dan negara yang masih wait n see dalam memandang uang kripto ini. Ada yang pro dan juga kontra.
Transparansi, kemudahan transfer, biaya (murah), dan keamanan (sulit dimanipulasi) adalah beberapa kelebihan dari uang kripto yang cukup menggoda pelaku ekonomi wabil khusus kids zaman now, yang punya mindset ‘sendiri’ soal uang. Kekurangannya hanya ada di volatilitas.
Sedikit cerita.
Bayangkan saat ini Anda sedang antri di gerbang tol. Kendaraan sangat padat. Kemacetan sudah mencapai 5 Km. Udara di luar mobil berdebu dan sangat panas.
Sudah 30 menit Anda mengantri dan belum ada tanda-tanda mobil akan mendekati gerbang tol. Kendaraan Anda benar-benar merayap bahkan nyaris parkir.
Petugas tol mesti melayani transaksi dari pengemudi satu per satu. Mereka cukup kerepotan menghitung pembayaran dan kembalian.
Ruwet! Tidak efektif dan efisien.
Kemacetan di gerbang tol menyebabkan ekonomi berbiaya tinggi. Ekonomi berbiaya tinggi menurunkan daya saing. Berapa waktu, bbm, energi, dan produktifitas yang hilang di jalan.
Tanpa daya saing yang baik, ekonomi tidak akan tumbuh dan berkembang. Kesejahteraan akan semakin jauh terwujud.
Apa yang bisa diambil pelajaran?
Pertama: kemacetan. Pembayaran tol dengan uang fisik tidak lagi efektif dan efisien.
Kedua: uang palsu. Keruwetan di gerbang tol berpotensi digunakan oleh oknum untuk bertransaksi dengan uang palsu. Ramainya antrian membuat petugas tol tidak punya waktu untuk mengecek uang secara teliti.
Ketiga: data. Dengan transaksi uang fisik, tidak ada data terkait mobilitas kendaraan. Padahal di era digital, data ini adalah new oil.
Bagaimana solusinya? Jawabannya adalah pembayaran non tunai. Gerbang tol sekarang menggunakan sistem pembayaran non tunai.
Singkat cerita, kisah di atas hanyalah contoh kecil saja, bagaimana uang fisik itu tak lagi digunakan untuk transaksi. Ngomong-ngomong, apakah saat ini Anda masih menggunakan uang fisik untuk naik ojek atau belanja online?
Dulu, klise, kaset, disket, cd, dvd, pernah berjaya. Sekarang, klise, kaset, disket, cd, dvd, sudah menjadi kenangan. Mereka tak mampu bertahan di era digital.
Bagaimana dengan uang fisik? Apakah mereka juga akan menjadi kenangan? Mungkin. Mungkin iya, mungkin tidak.
Ini bukan soal uang fisik atau kripto. Lebih dari itu. Ini adalah pertarungan dua sistem. Sistem manakah yang lebih baik dan yang akan memenangkan pertarungan.
Yang jelas zaman tak bisa dilawan.
Apakah semua akan kripto pada waktunya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Salam kripto!
Jakarta, 19/05/2021 22.33
Image by MichaelWuensch from Pixabay