Kripto: Investasi atau Spekulasi?

Date:

melekberita.com – Kripto itu apa? Tidak ada cadangannya (underlying). Harga naik turun, fluktuatif. Valuasi tidak jelas.  Penuh spekulasi, dan lain sebagainya.

Apakah Anda adalah salah satu orang yang punya pandangan seperti di atas? Wajar, maklum.

Kripto adalah barang baru. Barang yang penuh misteri. Barang yang belum dikenali 100 persen, masih abu-abu.

Yang perlu dicatat adalah sekarang ini eranya digital.

Emang kenapa dengan era digital?

Di zaman ini, bit tumbuh dan berkembang dengan pesat. Bit bisa lebih bernilai daripada atom.  Banyak perusahaan aplikasi yang sukses dan menjadi unicorn.

Valuasi ojek mengalahkan pesawat?

Perusahaan aplikasi yang tidak punya ojek satupun itu valuasinya bisa mengalahkan perusahan penerbangan yang punya ratusan pesawat. Bahkan valuasinya bisa 14 kali lipat lebih tinggi. 

Perusahaan aplikasi lain, yang tidak punya toko juga bisa mengalahkan perusahaan ritel besar dengan puluhan cabang. Perusahaan aplikasi yang tidak punya hotel juga bisa mengalahkan perusahaan hotel besar dengan puluhan cabang. Dan masih banyak perusahaan sejenis, seperti: aplikasi travel, pendidikan, kesehatan, dan dompet digital.

Kok bisa? Bagaimana itu terjadi?

Begini ceritanya.

Di era digital, aset sebuah perusahaan itu ternyata tidak hanya yang tangible saja. Seperti pesawat, gedung, tanah. Tetapi ada aset intangible. Aset yang tidak bisa (sulit) diukur dan dicatat pada buku akuntansi.

Apa itu aset intangible?

Aset intangible adalah aset yang tidak berwujud, tidak dapat disentuh. Aset intangible ini tidak memiliki keberadaan fisik. Aset tidak berwujud adalah aset jangka panjang, seperti: skill, brand, hak cipta, paten, pengetahuan dan data.

Aset ini dipercaya dan diyakini bisa membawa masa depan ke hari ini. Aset ini memiliki valuasi yang tinggi. Kenapa? Karena potensi pertumbuhan dan keuntungannya besar. 

Data is the new oil. Data is the new currency.

Apa hubungannya? Tidak bisa dibandingkan begitu dong. Tidak apel ke apel itu.

Oke lah, kalau memang dianggap tidak apel ke apel. Pesawat memang tidak bisa dibandingkan dengan ojek.

Benang merah yang ingin ditarik di sini adalah perusahaan bit (digital) bisa mengalahkan perusahaan atom (analog).

Kembali ke judul.

Bukankah kripto adalah aset digital?

Per Maret 2021, Bappebti mencatat transaksi aset kripto, termasuk bitcoin di Indonesia mencapai Rp 126 triliun. Jumlah yang tidak sedikit. Dengan jumlah sebesar itu, BEI pun khawatir, investor saham beralih ke kripto.

Maksudnya?

Jika investasi di pasar saham menurun, perusahaan tentu semakin tidak mudah untuk bangkit dari keterperukan akibat pandemi. Hal ini akan berimbas terhadap produk dan jasa yang akan dihasilkan. Yang ujungnya akan berpengaruh juga terhadap PDB.

Coba Anda ngobrol dengan Gen Z (kids zaman now) yang suka beli kopi itu. Tanyakan bab investasi kepada mereka. Mulai dari sektor riil, deposito, emas, obligasi, reksadana, saham, properti, hingga kripto.

Investasi apa yang mereka pilih?

Tapi kan kripto itu resikonya tinggi. Mereka belum mengerti. Tugas kita untuk mengingatkan mereka agar tidak salah langkah.

Setuju. Dulu juga begitu. Generasi dulu juga takut main atau investasi saham. Saham dianggap sesuatu yang tidak ada barangnya. Resikonya besar. Spekulatif dan tidak jelas.

Ya bedalah? 

Ok ok, santai.

Sebagai penutup, saya ingin bercerita tentang film superman. Di dalam film Superman, kripto adalah  kelemahan Superman. Kripto bisa membuat Superman lemas bahkan pingsan. Di depan kripto, manusia super itu tidak berdaya.

Di dalam film ekonomi, apakah kripto ini akan melemahkan Bank Sentral? Apakah kripto bisa membuat lemas bahkan pingsan sistem perbankan?

Kembali ke laptop: apakah kripto itu investasi atau spekulasi?

Setiap uang ada zamannya. Setiap zaman ada uangnya.

Salam uangnya.

Jakarta, 13/06/2021 21:33

Image by WorldSpectrum from Pixabay

 

Arya Dwi Sasangka
Arya Dwi Sasangkahttps://melekberita.com
Melekberita.com adalah media daring seputar berita. Media yang ringan agar informasi mudah dicerna secara baik dan benar. Sehingga pembaca tercerahkan. Pembaca yang bisa membedakan antara emas dan sampah di tengah gelombang tsunami informasi.

Share post:

Berlangganan

spot_imgspot_img

Popular

Artikel lainnya
Terkait

Insecure dan Overthinking: Dua Sisi Mata Uang yang Sama

Apa itu insecure dan overthinking? Dewasa ini, kedua topik...

Spekulasi dan Bisnis

Dalam perjalanan ke Barat, Bejo bertemu dengan Empu Wiseruh....

Candu Belanja Online

Candu belanja online. Transaksi online dalam beberapa tahun semakin...

Jumat Berkah

Jumat Berkah adalah hari Jumat yang didedikasikan untuk memperbanyak...