Ⓜ️ melekberita.com – Dua kelompok berdebat di TV tentang orientasi seksual seseorang. Pertanyaan yang mendasar adalah apakah orientasi seksual seseorang itu bisa dinilai benar atau salah? Bagaimana sains dan kepercayaan melihat problem orientasi seksual ini?
Topik yang rumit. Jika orientasi seksual itu seperti orientasi makan maka mari kita bahas orientasi makan saja.
Bagaimana pendapat Anda tentang orientasi makan seseorang yang suka manis?
Kontra Manis
Orang suka makan manis itu tidak boleh. Banyak sekali penyakit yang disebabkan karena manis. Mulai dari obesitas, disfungsi ereksi, ejakulasi dini, hingga diabetes.
Kita hidup di masyarakat yang mayoritas tidak suka manis. Menurut kepercayaan siapa pun, suka manis itu adalah sebuah penyakit, perilaku yang menyimpang. Sesat.
Kita tidak memusuhi. Justru kita berusaha mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Jangan sampai orientasi makan manis ini merusak tatanan masyarakat kita.
Jika melihat data, perkembangan penderita orientasi makan manis ini cukup tinggi. Tahun 2012 saja sudah ada 1 juta orang yang suka manis. Saat ini tentu jauh lebih banyak. Sekarang mereka sudah semakin berani dan promotif. Ini kan menguatirkan.
Pro Manis
Anda tidak bisa begitu. Kenapa orang bisa suka makan manis? Latar belakangnya kan macam-macam. Mungkin mereka kurang pendidikan, mungkin mereka hidup di dekat prabik gula, mungkin mereka dibiasakan makan manis dari kecil, mungkin mereka jualan manisan. Banyak faktornya.
Suka manis itu kan bukan penyakit. Orang suka manis adalah soal orientasi makan. Secara sains ia adalah variasi saja. Bukan kelainan. Anda anggap menyimpang kan karena mereka minoritas. Masak orang suka manis tidak boleh. Harus dihukum. Sesat. Ini kan tidak adil.
Lagian ya, mereka itu makan manis kan di ruang privat. Tidak di ruang umum. Apanya yang dilanggar. Masak Anda mau intip-intip urusan pribadi seseorang.
Anda harus berempati dong. Kenapa seseorang bisa suka manis. Hormati hak mereka. Bukan malah mengucilkan, diskriminasi dan mestigma mereka seperti itu.
Oalah, seru kan.
Baca juga: Diskongrafi dan Pornografi
Pandangan Sains dan Kepercayaan
Begini gaess, sains itu bebas moral. Sains tidak mengenal baik dan buruk. Yang dikenal sains adalah kenapa fenomena itu bisa terjadi dan bagaimana terjadinya. Bukan soal fenomena itu boleh atau tidak boleh.
Boleh dan tidak boleh ada di ranah moral. Ranah kepercayaan.
Jika mayoritas orang tidak suka manis, masak orang yang suka manis itu berarti sesat?
Ya bukan begitu. Wah, berarti sampeyan pendukung orientasi makan manis ya?
Sek, sek, begini maksud saya. Untuk menanggapi argumen sains yang logis, ya Anda mesti logis juga. Tidak bisa main dengan argumen kepercayaan. Menurut kepercayaan saya, makan manis itu tidak boleh. Tidak bisa seperti itu. Karena mereka (sains) tidak percaya dengan kepercayaan.
Sering kali, saya melihat orang yang debat berlandaskan kepercayaan itu cukup kesulitan, bahkan kuwalahan dalam berargumen dengan orang yang berpikiran logis.
Otak mudah menerima argumen yang logis. Sehingga kepercayaan juga harus dilogiskan.
Jadi sebelum Anda berdebat lebih dalam, coba tanyakan saja dulu: mbak, mas, menurut sampeyan, bumi atau alam semesta ini ujug-ujug ada sendiri atau ada yang menciptakan?
Nahh, dari jawaban pertanyaan di atas, baru Anda bisa lanjut membahas soal orientasi makan tadi.
Apa hubungannya? Kenapa?
Karena dari jawaban pertanyaan di atas akan membawa konsekuensi logis atas banyak hal dalam hidup ini. Salah satunya pandanganmu soal orientasi makan. Seperti boleh tidak suka manis-manis. Boleh tidak orientasi makan sejenis, misal jeruk makan jeruk?
Salam jeruk makan jeruk.
– ©️ DPS
Pondok Labu, Jakarta, 29/05/2022 16:22
#melekcerita
#melekberita
Image from Pixabay