melekberita.com – Apa itu reputasi dan hoax? Bagaimana hubungan keduanya? Mana yang lebih dominan? Apakah hoax yang mempengaruhi reputasi? Ataukah reputasi yang mempengaruhi hoax?
Hoax yang mempengaruhi reputasi sudah banyak dibahas. Seperti bagaimana maraknya hoax bisa mempengaruhi reputasi sebuah calon pemimpin, mulai dari calon kepala desa sampai calon presiden. Di bidang bisnis, isu hoax ini juga bisa mempengaruhi reputasi sebuah perusahaan. Baik perusahaan kecil maupun besar.
Kali ini, saya akan membahas pertanyaan yang kedua, yaitu soal reputasi dan hoax. Reputasi yang mempengaruhi hoax.
Begini ceritanya..
Pesatnya perkembangan teknologi digital menyebabkan banjir informasi. Saya sering mengistilahkannya dengan tsunami informasi. Informasi menjadi mudah. Mudah dibuat, mudah disebarkan, dan juga mudah diakses.
Dulu, di era media arus utama, orang mesti melewati percetakan, radio, atau TV untuk menyebarkan informasi. Sekarang, cukup dengan HP, saya dan Anda sudah bisa membuat, menyebarkan, dan mengakses informasi.
Kemudahan informasi ini ternyata bak pedang bermata dua. Ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya, saya tidak akan bahas. Sisi negatifnya adalah informasi sulit dibedakan antara yang hak atau hoax. Antara fact atau fake.
Ada yang berpendapat bahwa fenomena ini terjadi karena masyarakat awam memiliki kemampuan literasi digital yang rendah. Mereka malas membaca, hanya membaca judul, tidak cek dan ricek, dan masih belum cerdas.
Menurut saya, kesimpulan di atas benar tetapi salah.
Kasus Duren Tiga memberi pelajaran kepada saya bahwa hoax ternyata tidak mengenal status sosial. Hoax tidak hanya menyerang masyarakat awam. Siapa saja bisa terpapar hoax. Baik itu masyarakat awam atau para elit.
Sebelumnya, pada tahun 2018, ada kasus Ratna Sarumpaet. Kasus yang juga menghebohkan karena menyeret banyak elit. Bukan masyarakat awam.
Baca juga : Apa itu Penjenamaan?
Bagaimana Reputasi Mempengaruhi Hoax?
Mengapa hal seperti di atas bisa terjadi? Mengapa kaum terdidik bisa terpapar hoax?
Manusia memiliki kesederhanaan kognitif. Simplifikasi. Dalam mencerna informasi yang komplek, secara sederhana, manusia akan menilai dari reputasi sumber.
Reputasi sumber ini kemudian yang membuat rasa skeptis kita tersisihkan. Pikiran kritis kita terpinggirkan.
Informasi dinilai dari siapa sumbernya. Informasi yang datang dari sumber yang mempunyai reputasi bagus akan kita terima begitu saja (percayai) sebagai sebuah kebenaran. Kebenaran yang kemudian menumbuhkan keyakinan.
Setelah timbul keyakinan, muncul disonansi kognitif pada diri kita.
Apa itu disonansi kognitif? Disonansi kognitif yaitu seseorang akan lebih mudah menolak fakta daripada ia mengubah keyakinan yang sudah ada.
Jadi ketika saya mendapat informasi dari sumber yang saya anggap memiliki reputasi bagus maka informasi itu akan saya terima begitu saja sebagai sebuah kebenaran. Tanpa saya ragukan. Tanpa perlu saya cek ricek kembali.
Mesti ada fakta baru, tidak mudah bagi saya untuk mengubah keyakinan yang sudah masuk ini.
Contoh Simplifikasi dan Disonansi Kognitif
Orang yang menurut saya memiliki reputasi bagus, merokok. Katanya lelaki sejati dan cerdas itu merokok. Karena reputasi orang tersebut maka saya percaya begitu saja kebenaran informasi ini.
Tiga hari kemudian, saya mendapatkan informasi baru, fakta baru. Menurut orang lain, yang saya baru kenal, merokok tidak baik untuk kesehatan.
Dari sinilah kemudian terjadi pertentangan nilai pada diri saya, antara keyakinan dan fakta baru itu.
Fakta baru lebih mudah saya tolak daripada saya mesti mengubah kebenaran yang sudah saya percayai sebelumnya.
Tidak hanya kepada saya, hal seperti ini juga bisa terjadi kepada Anda. Tidak percaya? Berapa banyak dari Anda yang memutuskan membeli barang secara online setelah melihat reputasi penjual?
Oleh karena itu, di sinilah pentingnya sebuah kejujuran. Terutama bagi Anda yang saat ini diamanahi reputasi.
Pertanyaan selanjutnya, dari mana reputasi ini diperoleh. Apakah dia organik atau ia bisa direkayasa?
Salam rekayasa.
– © DPS
Kemayoran, Jakarta, 13/08/2022 14:36
#melekbahasa
#melekberita
*Image by Pixabay