katasimbah.com – Dulu, waktu kami kecil, ketika menginjak masa-masa mau disunat, kami sering ditakut-takuti sama masyarakat.
Bagaimana wujud penakutan itu?
Begini. Nanti sebelum disunat, dokter akan mengasah goloknya dulu lho. Nanti sebelum disunat manukmu dilandesne rel sepur (burungmu diletakkan di atas rel kereta api). Nanti pas disunat ladinge ketul dadi pas diiris gak langsung tugel (pisaunya tumpul jadi pas dipotong tidak langsung putus). Wingi onok sing manukke katut keiris (kemarin ada yang burungnya ikut kepotong). Nanti pas disunat getihe sak ember (darahnya satu ember), dan lain sebagainya.
Lalu apa sikap kami sebagai calon pesunat. Kami nyatakan dengan tegas, kami tidak takut. Dan kami juga tidak pernah mengurungkan niat sedikitpun untuk tidak jadi disunat. Kami maju terus, pantang mundur.
Dan, kami juga tidak menuduh masyarakat yang menakuti kami tersebut sebagai golongan yang menebar pesimisme, memecah belah, apalagi melakukan ujaran kebencian dan fitnah.
Bagi kami, hal ini adalah ujian nyali kami saat itu. Tidak ada situasi yang memanas. Biasa saja, semua terkendali.
Kami tahu betul bahwa ini adalah dialog hangat, sebuah proses untuk membangun keakraban dan kedewasaan di antara kami.
Begitulah gess. Sejatinya, di urat nadi kami itu mengalir darah keberanian dan kelapangan dada. Jadi kalau ditakut-takuti tahun 2030 EFBE bubar, ya rasanya itu sudah sego jangan (akrab) buat kami.
Salam satu nyali. (DPSasongko)
—
Djakarta, 25/03/2018 09:23