katasimbah.com – Ada orang yang hobi membandingkan kehidupannya dengan orang lain. Macam-macam niat dan tujuannya. Ada yang sekedar untuk kaca benggala atau instropeksi diri. Ada juga yang buat adu gengsi.
Yang biasa dibandingkan, fisik. Misal : ketampanan atau kecantikan. Meski njlimet dan relatif tapi hal ini bisa dinilai. Bahkan ada kontesnya. Kulit putih, rambut lurus, kaki jenjang, dada subur, tubuh langsing barangkali adalah dambaan perempuan pun lelaki.
Hal berikutnya yang biasa diperbandingkan adalah kecerdasan. Pernah dengar unen-unen, beauty is nothing without brains. Keindahan tidak jadi apa-apa tanpa kecerdasan. Dibandingkan dengan kecantikan, kecerdasan lebih mudah diukur.
Selain dua hal di atas, ada satu hal lagi yang sering juga dijadikan bahan untuk perbandingan, yaitu : harta atau kekayaan. Rumahnya tipe berapa, mobilnya apa, hpnya merk apa, lsp. Dibanding dua pendahulunya, kekayaan paling gampang diukur.
Dari tiga faktor itu ada satu faktor penting yang menentukan, yaitu kebahagiaan. Karena tidak bisa diukur, kebahagian dapat diklaim oleh siapa saja.
Yang cantik, cerdas dan kaya belum tentu bahagia. Pun sebaliknya, yang jelek, bodoh dan miskin tidak selalu menderita. Orang kaya sering kasihan kepada orang miskin. Padahal orang miskin juga sering kasihan kepada orang kaya. Di sinilah lahir ayat, “Kehidupan manusia itu sawang-sinawang.”
“Boleh jadi Tuhan, Allah SWT memang tidak menitipkan kecantikan, kecerdasan dan kekayaan kepada setiap manusia. Tapi Dia menciptakan kebahagiaan pada setiap manusia,” tutur Katasimbah.
Ngomong-ngomong, jika kita libatkan Tuhan, Allah SWT dalam hidup maka ada satu faktor maha penting yang harus diikutkan, yaitu: iman.
Kecantikan, kecerdasan, kekayaan dan kebahagiaan ada dan dibuktikan di dunia. Mereka semua fana. Namun tidak demikian dengan iman. Iman pembuktiannya di ba’da dunia.
Di hadapan orang, derajad manusia dinilai dari yang kasat mata. Yang bisa diukur dengan mudah seperti kecantikan, kecerdasan dan kekayaan. Allah SWT meninggikan beberapa derajad manusia yang beriman dan berilmu. DihadapanNya, yang membedakan derajad manusia adalah ketakwaannya.
Meski demikian, kebodohan dan kemiskinan itu juga bukan suatu anjuran ker. Sebab ada ayat yang mengatakan kebodohan itu dekat dengan kemiskinan dan kemiskinan itu dekat dengan kekufuran.
Jadi, dalam hidup ini, ada yang bisa dinilai dengan kasat mata seperti kecantikan, kecerdasan dan kekayaan. Namun, ada juga yang tidak bisa dinilai dengan kasat mata, yaitu: kebahagiaan dan keimanan.
Tidak ada dikotomi from part of them, idealnya semua harus diusahakan oleh manusia itu. Tidak hanya diusahakan, selesai itu, semua juga harus ditawakalkan.
Seperti neraca, keduanya harus seimbang. Usaha terus tanpa tawakal akan membawamu ke alam kesombongan atau pengingkaran. Pun sebaliknya tawakal saja tanpa ada usaha keras juga adalah kemalasan.
Itulah tikungan-tikungan kehidupan ker. Ada katup-katup misteri atau rahasia yang sulit peno ungkap semua. Apakah peno hobi juga membandingkan kehidupanmu ker?
Pesan saja, jika kecantikan, kecerdasan, kekayaan dan kebahagiaan tidak bisa peno miliki di dunia ini. Jangan sampai peno juga tidak memiliki keimanan. Sepakat?
(@DPSasongko)