katasimbah.com – Satu ditambah satu sama dengan dua. Dua ditambah dua sama dengan empat. Begitulah bunyi lagu satu ditambah satu yang sangat akrab di telinga anak-anak.
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan berhitung meski belum mengerti angka sekalipun. Seperti dalam lagu itu, sedini mungkin kita diajarkan konsep penjumlahan, 1+1=2.
Setelah remaja atau ABG, kita mulai mengenal berbagai macam bilangan. Tidak hanya bilangan desimal, kita juga mulai belajar tentang bilangan biner, oktal dan heksadesimal.
Seiring dengan proses pembelajaran ini, pengetahuan kita pun bertambah. Kita mulai tahu dalam bilangan biner ternyata 1+1=10 tidak 2.
Waktu terus berganti, era pun berubah. Kita semakin menua, semakin banyak makan asam garam kehidupan. Pengalaman hidup kita pun semakin kaya.
Jika dulu kita hanya tahu 1+1=2 dan 1+1=10, kini kita juga harus tahu bahwa 1+1<>2 atau 1+1<>10 saja tapi 1+1=3, 1+1=30, 1+1=3 juta, 1+1=~. Inilah yang dinamakan sinergi positif.
Sinergi positif adalah persamaan dalam matematika kehidupan. Persamaannya : x+y=0≤XY≤~. Sinergi positif bukan persamaan matematika umum. Persamaan ini tidak ada pada pelajaran matematika.
Sinergi positif hasilnya selalu atau pasti positif. Hasilnya >0 sampai ~ (tak terhingga). Misalnya : peno + ojob = sakinah mawadah warahmah. Contoh lain : peno + partner = nilai tambah, manfaat, produktif, hebat, untung 100 ribu, 1 juta, 1 M, 1 T, lsp.
Ada kisah yang cukup apik tentang sinergi positif ker. Kisah ini bisa dijadikan pelajaran untuk kita semua. Kisah singkatnya sebagai berikut : Dua pemuda saling mengikat janji. Diawal pernikahannya mereka adalah nothing alias bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa.
Setelah menikah, mereka berdua tinggal di rumah kontrakan di Jerman. Jauh dari sanak saudara mereka mulai membina keluarga. Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya bisa membeli rumah kecil hingga rumah besar.
Sang suami yang diawal karirnya hanya karyawan biasa, bisa menjadi direktur teknologi di perusahaan pesawat terbang di Jerman. Sebuah prestasi yang sangat gemilang. Dialah satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang di Jerman.
Pulang ke tanah air, beliau dipercaya mendirikan industri strategis. Dari karyawan 20 orang, industri strategis dibangunnya hingga memiliki 48 ribu karyawan dengan turn over US$ 10 billion. Wow.
Benua Maritim yang konon bangsa kuli dan kulinya bangsa-bangsa bangkit menjadi Macan Asia. Negara yang membuat peniti saja tidak bisa, tiba-tiba bisa membuat pesawat terbang, kereta api, telepon, kapal, nuklir, senapan, roket lsp.
Ker, pada suatu era, beliau ini juga pernah menjadi mimpi anak Indonesia. Banyak anak kecil yang bercita-cita ingin menjadi seperti beliau. Nasib akhirnya membawa beliau menjadi RI 1.
Dalam berbagai kesempatan, beliau sering membagi resep kesuksesannya. Semua itu terjadi karena ada sinergi positif antara beliau dan almarhum istrinya. “Rahasia untuk sinergi positif hanya satu, yaitu cinta,” katanya.
Menurut beliau ada tiga 3 grup cinta, yaitu :
Grup pertama, cinta kepada sesama manusia. Ini berarti : cinta kepada orang tua, kakek, nenek, cucu, anak, masyarakat, rakyat, bangsa. Termasuk cinta kepada yang tidak cinta kepadamu.
Grup kedua, cinta pada karya-karya sesama manusia. Apakah itu karya budaya, filsafat, pemikirannya, atau penghayatan dari agamanya. Kenapa? Karena kita sudah mencintai sesama manusia (grup pertama).
Grup ketiga, cinta pada pekerjaannya. Kalau melaksanakan tugas selesaikan secara profesional, tuntas dan obyektif sesuai dengan harapan yang memberi tugas. Ada orang yang bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam lima menit dan ada juga yang lima hari.
Begitulah sinergi positif itu bekerja ker. Dia bisa membuat nothing menjadi something. So, sudahkah peno membangun cinta?
(@DPSasongko)
+Bonus
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=dvXOZNz5S5A]