Di penghujung tahun ajaran baru, warganet acap berdebat soal wisuda. Masalahnya itu-itu saja. Masalah tahunan yang selalu diputar ulang. Sember, seperti kaset rusak. Apakah istilah wisuda itu perlu buat anak TK, SD, SMP, dan SMA?
Secara terminologis, etimologis, sosiologis, ideologis dan filosofis tidak tepat. Karena hanya mereka yang lulus pendidikan tinggilah yang layak menggunakan kata wisuda, kata seorang pakar.
Sepanjang perjalanan saya, era 80-90 an, memang belum dikenal istilah wisuda untuk pendidikan dasar dan menengah. Adanya istilah lulus-lulusan atau kelulusan.
Entah sejak kapan mulai digunakan kata wisuda untuk pendidikan dasar dan menengah. Dugaan saya era tahun 2000 an. Yang pada akhirnya malah mengandung kontroversi. Antara mereka yang pro dan kontra. Antara kelompok purifikasi dengan kelompok modernisasi.
Wisuda itu sakral. Oleh karenanya, ia harus ditempatkan di tempat yang pas. Tidak bisa digunakan secara serampangan. Ngawur itu. Dalih kaum cerdik pandai.
Pokoknya lulus itu ya wisuda. Lulus kuliah, wisuda. Lulus sekolah, juga wisuda. Kalau kami harus menunggu anak kami lulus kuliah, baru boleh merayakan wisuda. Kapan itu? Anak kami belum tentu kuliah. Setiap kemenangan dalam hidup, meskipun kecil, mesti kami rayakan. Emang wisuda milik elit? Dalih mereka yang berbeda
Tentu saya tidak akan mengomentari dan masuk ke dalam perdebatan tersebut. Karena saya tidak tahu. Saya awam.
Wisuda itu sakral. Oleh karenanya, ia harus ditempatkan di tempat yang pas. Tidak bisa digunakan secara serampangan.
Baca juga: Jangan Berdebat dengan Keledai
Korelasi Istilah Wisuda dan Biaya
Saya tertarik untuk mengomentari wisuda ini dari sisi penamaan dan biaya. Dari hasil kajian strategis wisuda, saya menemukan fakta yang unik.
Maksudnya?
Begini. Terkait wisuda ini, dari kajian lapangan, saya menemukan korelasi yang erat antara penamaan dan biaya. Yang menarik di sini, tujuannya sama, berbeda penamaan, ternyata berbeda juga biayanya.
Misalnya untuk kelulusan bayar 100 ribu, wisuda bayar 500 ribu, dan graduation bayar 1 juta.
Untuk kelulusan, cukup corat-coret seragam. Setelah itu udan tangis sesenggukan dengan diiringi lagu himne guru, guruku tersayang, dan terima kasih guruku. Acara ditutup dengan makan nasi kotak.
Sementara untuk wisuda dan graduation sedikit butuh effort. Acara dilaksanakan di aula, gedung, bahkan juga hotel. Untuk kostumnya tidak sekadar seragam, tetapi butuh jas, kebaya, bahkan juga toga. Dan acara ditutup dengan sesi foto.
Penyangkalan di sini, fakta di atas saya peroleh secara acak lewat tanya jawab dan tentu tidak mewakili keseluruhan komunitas wiyata mandala. Untuk itu, perlu dilakukan kajian strategis wisuda secara lebih mendalam guna memperoleh hasil penelitian yang lebih obyektif.
Ah, saya jadi teringat meme yang dikirimkan teman saya ke WAG. Isinya: kopi hitam 5 ribu, black coffee 45 ribu; es teh tawar gratis, ice tea original 35 ribu; gado-gado 15 ribu, vegetables with peanut sauce 50 ribu.
Bagaimana? Apakah anak Anda sudah lulus, wisuda, atau graduation? Bayar berapa?
Salam berapa.
(© ADS)
Menteng, Jakarta, Senin (11/06/2024) 10:02
#melekbahasa
#melekberita
*Photo by Mufid Majnun on Unsplash