Dewasa ini, saya sering mendengar kata popularitas sering digunakan di media. Hal ini tak lepas dari situasi politik yang semakin dinamis menjelang tahun politik 2024. Popularitas calon presiden dan popularitas calon wakil presiden kerap menjadi bahan obrolan. Apa itu popularitas?
Menurut KBBI popularitas artinya perihal populer; kepopuleran. Popularitas merupakan nomina atau kata benda. Sama seperti meja, kursi, dan buku.
Contoh penggunaannya di dalam kalimat : tingkat popularitas penyayi itu semakin menanjak setelah pindah ke Jakarta.
Kata popularitas berbeda dengan populer. Populer menurut KBBI memiliki tiga arti, yaitu :
- Dikenal dan disukai orang banyak (umum), misalnya : lagu-lagu populer.
- Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak; misalnya : ilmu pengetahuan populer.
- Disukai dan dikagumi orang banyak, pahlawan yang populer.
Menurut Wikipedia, di dalam sosiologi, popularitas adalah seberapa banyak seseorang, ide, tempat, barang, atau konsep lain disukai atau diberi status oleh orang lain.
Ada dua kata kunci di sini, yaitu : disukai dan diberi status sosial.
Disukai bisa disebabkan oleh faktor ketertarikan interpersonal, rasa suka timbal balik, dan hal serupa. Misalnya: orang suka kepada Anda setelah Anda suka terhadap orang itu lebih dulu. Orang itu akan mengganggap Anda lebih populer daripada orang lain.
Sedangkan diberi status sosial dapat disebabkan oleh faktor dominasi, superioritas, dan sejenisnya. Misalnya, orang kaya dianggap lebih unggul karena itu ia lebih populer daripada orang lain. Orang baik hati dianggap menyenangkan karena itu ia lebih populer daripada orang lain.
Baca juga : Apa itu Cawe-cawe?
Kepopuleran dan Ketersukaan
Apakah popularitas otomatis sama dengan disukai?
Ternyata tidak. Meski di atas dijelaskan ada korelasi antara popularitas dan ketersukaan namun pada kenyataannya ternyata tidak demikian. Populer tidak selalu sama dengan disukai.
Selama bertahun-tahun, penelitian popularitas berfokus pada definisi popularitas yang didasarkan pada “disukai”. Sampai pada akhirnya ditemukan bahwa disukai ternyata tidak selalu sama dengan populer. Mereka yang dianggap populer belum tentu paling disukai seperti yang diasumsikan semula. Kepopuleran tidak selalu sama dengan ketersukaan.
Kok bisa? Bagaimana itu?
Begini ceritanya: pilih salah satu orang teman yang Anda anggap paling populer. Kemudian pilih teman yang paling Anda sukai. Hasilnya, apakah kedua pilihan Anda itu orang yang sama atau orang yang berbeda?
Salam berbeda.
Kemayoran, Jakarta, 18/5/2023 11:00
– © DPS
#melekbahasa
#melekberita
Image by DPS