katasimbah.com – Dengan algoritma, jika kamu suka cari kopi maka yang akan sering tampil di ‘berandamu’ juga kopi.
Setiap hari, kamu akan dicekoki info tentang kopi. Mulai jenis kopi, faedah, sejarah, filosofi, beda instan dan giling, pernak-pernik, cara mengolah, hingga cara menyeduh.
Otak kamu akan penuh dengan kopi. Pengetahuan kamu tentang selain kopi bisa minim. Bahkan bisa nol.
Akibatnya, kamu jadi kurang mengenal teh, sirup, wedang jahe, jus, susu atau air putih.
Akibatnya lagi, kamu akan menganggap minuman yang paling enak itu adalah kopi. Selain kopi, salah.
Di level inilah, kecerdasan natural kamu (aku) hilang. Kecerdasan kamu (aku) sudah diobrak-abrik oleh kecerdasan buatan. Tanpa kecerdasan natural, kamu (aku) akan menjadi mesin.
Ngomongin mesin, mesin zaman now itu memungkinkan mengerjakan apa saja. End to end, dari awal sampai akhir. Dari pembibitan, panen, pengolahan, pembungkusan, penyeduhan, hingga penyajian.
Kamu tinggal sruput saja. Enak, bukan?
Namun, ada satu hal yang mesin tak punya. Apa itu? Perasaan.
Akhir kata, tidak hanya kopi. Algoritma juga bisa berjalan di produk dan jasa lainnya. Termasuk juga pada calon presiden.
Salam algoritma. (@DPSasongko)
—
Djakarta, 31/04/2018 17:06