melekberita.com – Tahun 80-90 an, di ruang publik, kalau melihat celana dalam (CD) cewek kelihatan, muncul aksi untuk mengingatkan cewek tersebut. Mbak CDne ketok (CDnya kelihatan). Begitulah kira-kira aksi standar itu.
Biasanya reaksi cewek tersebut adalah malu dan langsung membetulkan pakaiannya yang menyebabkan celana dalamnya kelihatan.
Sekarang, di ruang publik, kalau ada cewek CDnya kelihatan lalu diingatkan : mbak CDnya kelihatan. Jawabnya: ini modelnya memang begini mas (dalam hati: norak banget ini cowok).
Kalau sudah begini, yang mengingatkan bisa mak pleng, malu.
Itulah zaman gaess. Dia berubah. Termasuk cara pandang terhadap sesuatu. Yang dalam hal ini bab celana dalam.
Baca juga: Molimo dan Tombo Ati
Dulu, dalam kasus celana dalam di atas, yang melihat dan dilihat sama-sama merasa ada yang tidak enak. Yang melihat merasa anu gitu karena melihat sesuatu yang tidak wajar. Sedangkan yang dilihat juga merasa sesuatu gitu karena apa yang terlihat tersebut tidak lazim, bukan karena disengaja.
Kini, saya merasa ada cara pandang yang berubah terhadap CD. Ada semacam dalil: dilihat boleh dipegang jangan. Jangan salahkan yang dilihat tapi salahkan matamu. Lebih ekstrem lagi, seperti ada tantangan: mau lebih wani piro?
Setidaknya ada tiga aliran terkait melihat CD ini. Pertama, mereka yang menganut prinsip: pandangan pertama itu rezeki selanjutnya zina. Kedua, mereka yang malu-malu tapi lirak-lirik. Tipe ini berprinsip tidak dilihat sayang, dilihat kok zina. Yang terakhir, mereka yang terang benderang melihat terus dan gak berkedip.
Ya semua itu hanyalah opini saya yang mesti diuji kesahihannya. Ngemeng-ngemeng, Anda termasuk aliran yang mana gaess. Ngaku!
Salam ngaku.
(©DPS)
Jakarta, 20/02/2013 03:51
#melekcerita
#melekberita