Teori Nyuluh Kodok

Date:

katasimbah.com – Sejak 20 tahun lalu, tim sepakbola Desa Sukamaju sering kalah jika bertanding antar desa. Nyaris 99%, kalah.

Yang bikin heran Bejo, berita kekalahan tim sepakbola ini kok selalu saja jadi buah bibir di warkop, kantor, dan pos kamling.

Dalam waktu sekejap, berita lain lenyap. Berita soal bal ini durasinya bisa berhari-hari. Bahkan bisa berminggu-minggu.

Lebih heran lagi, dari tiap obrolan itu, selalu saja ada yang berpendapat pun berharap jika seharusnya tim bisa menang.

Coba kalau formasinya 7-2-1. Coba kalau Si Boy dimainkan lebih awal. Andai saja wasitnya tegas. Tadi pemain desa sebelah diving. Dan lain sebagainya.

Mendadak dangdut muncul pandit bal-balan dadakan. Bak jamur di musim sop.

Padahal dari kajian statistik yang Bejo pelajari, hal itu termasuk hil yang mustahal.

Tapi Bejo juga paham ilmu nyuluh kodok. Teori yang dia temukan.

Apa itu?

Begini ceritanya. Di tengah sawah yang gelap gulita, meski lampu petromak atau senter tak bisa menerangi gelapnya sawah, secercah cahaya itulah yang akan jadi fokus.

Penyuluh kodok (katak) tidak akan banyak melihat area yang gelap. Dia akan konsentrasi ke arah yang terang.

Jika penyuluh lebih banyak melihat ke area yang gelap maka dia tidak nyari kodok. Tapi nyari masalah. Uji nyali, mencari makhluk astral, auuwww.

Jadi, mesti cuma 1%, tidak ada yang tidak mungkin. Impossible is nothing, kata para motivator.

Angka satu persen ini amazing. Tidak sembarangan. Ia punya daya magis. Dan ia sering dimanfaatkan untuk situasi tertentu.

Misalnya: Bill Gates putus sekolah kaya, Mbah Joyo klepas klepus panjang umur, Lek Jah sering makan gorengan sehat aja, dan lain-lain.

Gimana gaess, aku duga, dipikiranmu sudah tertanam angka 1% ini, sejak dulu.

Salam nyuluh kodok.

Jakarta, 11/06/2021 09.20

Previous article
Next article
Arya Dwi Sasangka
Arya Dwi Sasangkahttps://melekberita.com
Melekberita.com adalah media daring seputar berita. Media yang ringan agar informasi mudah dicerna secara baik dan benar. Sehingga pembaca tercerahkan. Pembaca yang bisa membedakan antara emas dan sampah di tengah gelombang tsunami informasi.

Share post:

Berlangganan

spot_imgspot_img

Popular

Artikel lainnya
Terkait

Jalan Braga: Jantung Bersejarah dan Gaya Hidup Modern Bandung

Jalan Braga, sebuah nama yang tak asing bagi para...

Matrik Eisenhower: Kunci Menentukan Prioritas Secara Efektif

Apakah kamu pernah merasa kewalahan dengan banyaknya tugas yang...

Orang Tua Menceritakan Masa Lalu

Semalam, di depan teras rumah, Bejo menyruput kopinya yang...

Kamu Tahu enggak?

Dulu, saya punya teman, sebut saja Joni, yang sering...