Katasimbah.com – “Bukan hinaan orang yang membuat kita hina. Tapi berperilaku hinalah yang membuat kita hina.” kata pak ustad.
“Sikap ingin dipuji itu membuat kita capek. Ingin dinilai lebih dari sebenarnya, capek. Buka topeng. Just the way you are.” lanjutnya.
“Halo! Kalau ibu-ibu dipuji lebih muda, apakah ibu-ibu jadi lebih muda? Tidak, ibu-ibu tetap saja tua. Halo!” paparnya.
“Pujian, cacian dan kaleng jatuh itu sama. Hanya suara.” ujarnya.
Hari itu, Minggu (29/12), aku mendengar suara pak ustad menggelegar. Lantang menembus pori-pori, menggetarkan hati. Kekuatannya masih kurasakan.
Tiba-tiba ingatanku kembali ke masa lalu. Pada masanya, keberadaan pak ustad itu mampu menggerakkan hati umat dan ekonomi umat yang wow.
Jual air putih, laku. Jual rumah, laku. Jual buku, laku. Jual baju, laku. Jual jasa travel, laku. Usaha apa saja ‘di bawah’ pak ustad ‘pasti’ laku.
Ribuan mungkin jutaan orang mengunjungi rumahnya. Semua bisa disiplin. Tidak ada sampah berserakan, bersih. Sandal tertata rapi. Sepele kelihatannya. Tapi di tempat lain, menata sandal saja tidak bisa lho.
Orang-orang itu dari berbagai golongan dan lintas agama. Ada tua muda, kaya miskin, laki wanita, kota desa, lsp. Nyaris mustahil diijir. Saking banyaknya, uakeh.
Aku pernah ke sana ker. Rumahnya sederhana sekali. Temboknya saja dari gedhek. Tapi nyaman dan tenteram sekali. Adem, damai. Daerahnya hidup.
Dakwah pak ustad dinilai tidak segmented. Dakwahnya mengandung nilai-nilai universal. Itulah yang membuat semua orang dalam cinta.
Belum pernah ada lho, rumah pak ustad yang dikunjungi orang sedemikian banyaknya, dari berbagai penjuru dan golongan, setiap hari, konsisten sepanjang waktu. Aku belum pernah tahu. Itu rekor.
Seiring kepopulerannya, kehidupan pak ustad juga mulai dikuliti. Semua orang ingin tahu tentang pak ustad. Siapa kedua orang tuanya? Bagaimana masa kecilnya? Sekolahnya dimana? Kok bisa sukses seperti itu inspirasinya dari mana? Dan lain-lain.
Semua diceritakan dengan gamblang oleh pak ustad. Dari A sampai Z. Pak ustad sudah dianggap sebagai milik publik.
Media berebut untuk saling menyiarkannya. Jadwal ceramah pak ustad padat sekali. Dua puluh empat jam rasanya kurang untuk umat. Indahnya kebersamaan.
Pernah suatu ketika, pak ustad lewat di depanku selesai mengisi ceramah di masjid terbesar di Asia Tenggara, Istiqlal. Aku pengen banget nyium tangannya. Jika saat itu aku nekat pasti bisa. Momen memungkinkan. Tapi apa daya, keinginan tinggalah keinginan saja ker. Menyisakan penyesalan.
Pelajarannya: keinginan atau mimpi itu butuh action untuk mewujudkannya. Di dalam action itu ada keberanian, nekat, masa bodoh, tidak gengsi, tidak isinan. Pokoknya, just do it.
Jadi, pada suatu masa, kita pernah punya pak ustad yang sangat fenomenal. Pengaruhnya kepada umat sangat besar. Jasmerah!
(@DPSasongko)