HP

Date:

katasimbah.com – Dalam perjalanan ke Barat, Bejo bertemu ahlinya ahli, intinya inti, gurunya guru. Namanya Guru Waskito. Bejo sengaja sowan ke pondok Guru Waskito untuk ngangsu kaweruh.

Pondok Guru Was terletak di pinggir Kali Lekso, Desa Suka Makmur. Tempatnya asri dan adem dengan view sawah menghijau berufuk pegunungan.

Malem itu, ba’da isya, Bejo ngobrol santai dengan Guru Was di beranda FB eh pondok.

Ada satu hal yang menggilitik pikiran Bejo sejak sebulan yang lalu. Yaitu soal HP.

“Guru, di zaman milenial ini, banyak orang install kitab di HP. Saat ke kamar mandi, HP tersebut sering dibawa. Bagaimana hukumnya membawa HP tersebut ke kamar mandi?” tanya Bejo.

“Boleh,” jawab guru.

“Tapi kan di HP itu ada kitab guru. Apakah ini tidak berarti membawa kitab ke kamar mandi,” tanya Bejo lebih lanjut.

“Jo, ada banyak orang hafal kitab. Bagaimana jika orang tersebut ingin ke kamar mandi. Apakah otaknya harus ditinggal dulu di luar kamar mandi?” jawab guru.

Bejo mantuk-mantuk. Antara ngeh atau ngoh.

“Maaf guru, sepertinya berbeda. HP kan tidak sama dengan orang,” tanya Bejo lebih lanjut.

“Begini, HP yang di dalamnya terdapat kitab, tidak dihukumi sebagaimana kitab cetak. Kenapa? Sebab tulisan kitab yang ada di HP itu tidak seperti tulisan pada kitab cetak. Tulisan kitab di HP itu dihasilkan dari getaran listrik yang bisa nampak dan bisa hilang, tidak tetap. Sama dengan proses kelistrikan di otak,” jawab Guru Waskito.

Kali ini Bejo baru masuk. Masuk pak eko, kata kids zaman now.

“Yang penting jangan dibuka kitabnya ya Jo. Ini yang ga boleh,” kata guru.

Bejo mantuk-mantuk. “Baik guru,” jawabnya.

“Satu lagi pesanku soal HP. Saat kamu beribadah, tinggalkanlah HPmu jika kamu ingin khusyuk,” kata guru.

“Kenapa guru, kok bisa?” tanya Bejo penasaran.

“Jo, akankah kamu membawa botol berisi miras saat ibadah?” tanya guru.

“Tidak guru, mana bisa begitu,” jawab Bejo mantab.

“Nah, demikian juga dengan HP. HPmu isinya kan macam-macam. Mirip dengan botol berisi miras. Kecuali kamu menjamin isinya baik-baik, tidak ada ghibah, namimah, fitnah, pornografi, dll, boleh kamu membawa HPmu itu,” kata guru.

Bejo mantuk-mantuk. Ia menyimak dengan serius.

“Ah, guru suudzon?” tanya Bejo.

“Bukankah suudzon kepada ahli maksiat diperbolehkan?” jawab guru.

Bejo dan Guru Was ngakak bareng. “Ah guru bisa aja,” kata Bejo.

Tak terasa malam kian larut. Suara kecebong yang sudah menjadi katak dan kampret semakin menambah kegayengan suasana. Jangkrik juga tak mau ketinggalan. Benar-benar orkes alam yang maha indah.

“Tapi Jo, jika kamu tak memungkinkan meninggalkan HP saat ibadah maka matikanlah HPmu,” pesan Guru Was.

“Ashiaaap guru,” jawab Bejo mantul bernada yutuber.

Salam yutuber.


#katasimbah
Bogor, 11/5/2019 14:01

Previous article
Next article
Arya Dwi Sasangka
Arya Dwi Sasangkahttps://melekberita.com
Melekberita.com adalah media daring seputar berita. Media yang ringan agar informasi mudah dicerna secara baik dan benar. Sehingga pembaca tercerahkan. Pembaca yang bisa membedakan antara emas dan sampah di tengah gelombang tsunami informasi.

Share post:

Berlangganan

spot_imgspot_img

Popular

Artikel lainnya
Terkait

Apa itu Dopamin: Hormon Kebahagiaan dan Perannya

Apa itu Dopamin? Dopamin adalah salah satu neurotransmitter penting...

Slow Living: Gaya Hidup Lambat yang Membawa Kedamaian

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang serba cepat, di...

Dongeng dan Fabel

Dongeng dan fabel memang sering dianggap serupa karena keduanya merupakan...

Gejolak Tangis dan Tawa

Gelak tangis dan tawa terkadang membawa kebingungan. Beberapa hari...