Kemrungsung

Date:

katasimbah.com – Siang itu, 12 November 2019, kawasan Kramat Jakarta Pusat diguyur hujan deras. Hujan yang sudah lama ditunggu. Lebih dari tiga purnama, kota terbesar terpadat tersibuk ini tidak disiram hujan. Kering dan berdebu.

Di musholla sederhana sebuah kantor, Bejo akan sholat Dzuhur. Ketika Bejo masuk, ada satpam yang sedang sholat. Bejo hendak ‘njawil’ untuk jadi makmum. Namun ia ragu. Satpam ini sholat apa, Dzuhur atau bukan? Akhirnya Bejo memutuskan untuk sholat sendiri.

Saat itu, musholla dalam keadaan sepi. Hanya ada dia dan satpam. Jam dinding menunjuk pukul 14:00 WIB.

Bejo sholat dengan speed ‘biasanya’ alias normal bin wajar. Ketika Bejo selesai sholat, satpam juga selesai. Speed sholat Bejo ternyata masih lebih cepat dari satpam.

Selesai sholat, diam-diam Bejo memperhatikan dengan penuh seksama ke sampingnya. Ia melihat satpam sedang berzikir. Gerak-geriknya nampak tenang, penuh penghayatan. Tangan kanannya laksana tasbih, terus begerak seperti menghitung.

Selesai zikir, satpam mengangkat kedua tangannya. Ia berdoa. Ia seperti menikmati sekali semua aktivitas di musholla itu. Ada getaran energi yang bisa Bejo rasakan. Adem.

Tak seperti Bejo. Ia berdoa singkat, lekas, dan segera. Entah apa yang waktu itu didoakan, sekarang pun ia tak ingat. Jiwanya kesusu, grusa-grusu dikejar-kejar urusan. Hidupnya kemrungsung.

Tetiba batin Bejo bergemuruh. Hatinya terketuk. Pikirannya mengembara. Malu dia sama satpam itu. Bagaimana di tengah segala kesibukan duniawi, pak satpam bisa meluangkan waktunya untuk ibadah dengan hikmat.

Bejo yang merasa dirinya lebih, dalam bab harta dan tahta dibanding satpam namun ia merasa miskin dalam bab ibadah. Khususnya sholat.

Sholatnya sering buru-buru. Doanya acap kali tergesa-gesa. Pendek kata, jauh sekali dari kata hikmat. Apalagi nikmat.

Ia baru sebatas menunaikan kewajiban. Bahkan sering merasa terpaksa. Tak ada perasaan yang terlibat. Semua hanya rutinitas. Kering. Hambar.

Di sepanjang usianya, sejak akil baligh hingga kini, entah sudah berapa lama Bejo main-main dengan keadaan seperti itu.

Satpam itu menyadarkannya. Jiwanya teresonansi. Dalam hatinya, ia tak ingin kemrungsung lagi. Ia ingin khusyuk, hikmat dan istiqomah. Semoga.

Salam

Jakarta, 08/12/2019 07:35
#katasimbah

Previous article
Next article
Arya Dwi Sasangka
Arya Dwi Sasangkahttps://melekberita.com
Melekberita.com adalah media daring seputar berita. Media yang ringan agar informasi mudah dicerna secara baik dan benar. Sehingga pembaca tercerahkan. Pembaca yang bisa membedakan antara emas dan sampah di tengah gelombang tsunami informasi.

Share post:

Berlangganan

spot_imgspot_img

Popular

Artikel lainnya
Terkait

Insecure dan Overthinking: Dua Sisi Mata Uang yang Sama

Apa itu insecure dan overthinking? Dewasa ini, kedua topik...

Spekulasi dan Bisnis

Dalam perjalanan ke Barat, Bejo bertemu dengan Empu Wiseruh....

Candu Belanja Online

Candu belanja online. Transaksi online dalam beberapa tahun semakin...

Jumat Berkah

Jumat Berkah adalah hari Jumat yang didedikasikan untuk memperbanyak...